Senin, 27 Oktober 2008

SEKARANG DIBUTUHKAN GURU YANG SEHAT


SEKARANG DIBUTUHKAN GURU YANG SEHAT


Disusun oleh:
Drs. Hidayat
Kepala SMP Plus Melati Samarinda


SEKOLAH BERKUALITAS, GURUNYA BERKUALITAS.
GURU BERKUALITAS, PEMBELAJARANNYA EFEKTIF.
PEMBELAJARAN EFEKTIF, GURUNYA PROFESIONAL.
GURU PROFESIONAL, ADALAH GURU YANG SEHAT.

KATA PENGANTAR


Sekolah bukan merupakan suatu sistem mekanik, sehingga bagian-bagian tertentu dapat diganti, agar berfungsi dengan baik. Sekolah merupakan sistem organik, dengan komponennya saling berhubungan atau antar individu saling terlibat dan merupakan kunci berfungsinya sistem. Kualitas sekolah tidak dapat diwujudkan hanya sebagian dari komponen. Kualitas setiap komponen harus ditingkatkan.


Kita semuanya tahu, komponen utama dalam peningkatan kualitas sekolah, adalah guru. Gagasan ini memandang bahwa guru sumber utama dan pokok dalam hal peningkatan kualitas sekolah dan mutu pendidikan. Guru sesungguhnya berada di garis depan; bagaimana guru mendidik, mengajar, melatih dan menangani berbagai masalah yang menentukan sebagian terbesar dari hasil akhir mutu pendidikan.


Permasalahan yang pokok sekarang ini, bagaimana dengan kondisi guru itu sendiri; apa kabar Pak Guru, Bu Guru?, masih sehat lahir-bathin ?. Peran guru dalam menentukan kualitas proses dan mutu hasil belajar memang sangat penting. Guru harus sehat secara kognitif sesuai standar kompetensi guru, sehat afektif-lahir bathin dan sehat sosial ekonomi.


Semoga bermanfaat dan memberi motivasi bagi perjuangan guru.

ABSTRAK


HIDAYAT, Sekarang Dibutuhkan Guru Yang Sehat.

Penulisan makalah ini dengan tema: Guru Berkualitas Menuju Sekolah Berkualitas, dengan mengambil cakupan subtema: Memaksimalkan Efektifitas Pembelajaran dan Profesionalisme Guru sebagai Sebuah Profesi.
Penulisan makalah ini bertolak dari permasalahan dan pengalaman praktik yang ada di sekolah selama menjadi guru , diantaranya masalah fakta kognitif kompetensi profesional guru, fakta kompetensi afektif guru dan sosial-ekonomi guru.

Guru yang sehat adalah guru yang profesional. Guru yang profesional pembelajarannya efektif. Guru yang pembelajarannya efektif adalah guru berkualitas. Guru berkualitas, sekolah berkualitas.

Sehingga sekarang dibutuhkan guru yang sehat. Guru dengan komponen latar belakang kognitif, afektif , dan sosial-ekonomi yang beragam akan mampu menjalankan proses belajar dengan baik dan dapat mencapai hasil belajar secara maksimal, jika kondisinya sehat. Guru sehat dalam konteks pada makalah ini, adalah sehat kognitif, afektif-lahir bathin dan sehat sosial-ekonomi.

Kata kunci: Sehat, Profesional, Efektif, Berkualitas.


BAB I

PENDAHULUAN


Peningkatan mutu pendidikan sekarang merupakan suatu kebutuhan yang mendesak. Keberhasilan pembangunan bangsa ditentukan terutama oleh sumberdaya manusia yang berkualitas, melalui pendidikan yang berkualitas pula. Pendidikan yang berkualitas akan terwujud dari sekolah dan guru-guru yang berkualitas.

Guru amatlah penting dalam usaha pencerdasan bangsa. Guru sangat berperan dalam pengembangan sumber daya manusia. Guru yang profesional menyadari bahwa tujuan pendidikan yang begitu luas, akan dapat tercapai melalui perencanaan pembelajaran yang efektif.

Dwi Nugroho Hidayanto (2006) dalam Journal Pendidikan Departemen Agama Propinsi Kalimantan Timur, Desember 2006, menyebutkan guru sebagai pelaksana terdepan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis dan sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Strategis karena gurulah yang menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, dan bersifat menentukan karena gurulah yang memilih dan memilah bahan pelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Dalam hal ini, guru dituntut mampu meramu berbagai komponen pembelajaran menjadi suatu rancangan yang dapat memaksimalkan aktivitas siswa baik fisik, sosial maupun mental. Piet A. Sahertian (1994) dalam bukunya Profil Pendidik Profesional menyebutkan guru dalam konteks profesional berarti berbicara tentang kualifikasi guru. Kualifikasi personal guru yang profesional adalah:

1. Guru yang baik (A good Teacher).

Baik dalam artian ini mempunyai konotasi sifat/atribut-atribut moral yang baik Dalam penampilan mengajar dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:


Keterangan:
1. Sabar 6. Taat (Konsisten)
2. Jujur 7. Tanggungjawab
3. Setia 8. Berinisiatif
4. Ramah tamah 9. Luwes
5. Tegas 10. Berwibawa


2. Guru yang berhasil (A Succesfull Teacher).

Seorang guru dikatakan berhasil apabila dalam pembelajaran ia dapat menunjukkan kompetensinya sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai.

3. Guru yang efektif (An Effective Teacher).

Guru disebut efektif apabila ia dapat mendayagunakan waktu dan tenaga yang sedikit tetapi dapat mencapai hasil yang maksimal. Guru pandai menggunakan strategi pembelajaran dan mampu menerapkan metode-metode mengajar secara berdaya guna dan berhasil guna.

Robert Richey (1962) mengemukakan ciri-ciri guru sebagai suatu profesi, yaitu:

-Adanya komitmen dari para guru bahwa jabatan itu mengharuskan pengikutnya menjunjung tinggi martabat kemanusiaan lebih dari mencari keuntungan diri sendiri.
-Suatu profesi mensyaratkan orangnya mengikuti persiapan profesional dalam jangka waktu tertentu.
-Harus selalu menambah pengetahuan agar terus-menerus bertumbuh dalam jabatannya.
-Memiliki kemampuan intelektual untuk menjawab masalah-masalah yang dihadapi.
-Selalu ingin belajar terus-menerus mengenai bidang keahlian yang ditekuni.
-Memiliki kode etik jabatan dan menjadi anggota dari suatu organisasi profesi dan jabatannya sebagai suatu karier hidup.

BAB II
PEMBAHASAN

Kompetensi minimal seorang guru secara kognitif dalam proses pembelajaran sesuai dengan pedoman sertifikasi guru dalam jabatan, Dirjen Dikti Depdiknas (2008), diperlukan:

1.1. Kompetensi dalam perencanaan pembelajaran, yaitu mampu membuat:

-Program Tahunan.
-Program Semester.
-Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
-Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
-Program Perbaikan dan Pengayaan.
-Bahan Ajar/Media pembelajaran.
-Analisis Kriteria Ketuntasan Minimal.
-Agenda/Jurnal mengajar guru dan dengan daftar hadir siswa, daftar nilai siswa.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman langsung selama mengajar, selama menjadi nara sumber di MGMP, selama supervisi sebagai instruktur, waka kurikulum dan Kepala Sekolah, secara umum belum semua guru realitanya membuat perencanaan pembelajaran yang lengkap. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), kegiatan supervisi guru, kegiatan On dan In Service Training Guru , ditemukan 90 % guru yang membuat perencanaan dan bahkan ada ditemukan guru yang tidak membuat perencanaan pembelajaran. Temuan ini akan berdampak pada maksimalisasi hasil pembelajaran.

Kompetensi melaksanakan pembelajaran, yaitu:

2.1. Mampu menyiapkan pra pembelajaran:

a. Menyiapkan ruang dan media pembelajaran.
b. Memeriksa kesiapan siswa.
c. Melakukan apersepsi.
d. Menyampaikan kompetensi dasar.

2.2. Mampu menguasai materi pembelajaran:

Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran.
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan.
Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hirarki belajar dan karakteristik siswa.
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan.

2.3. Mampu melaksanakan pendekatan/strategi pembelajaran:

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi.
b. Menyampaikan materi secara runtut.
c. Menguasai kelas.
d. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.
e. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif.
f. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.

2.4. Mampu memanfaatkan sumber belajar/media pembelajaran:

a. Menggunakan media secara efektif dan efisien.
b. Menghasilkan pesan yang menarik.
c. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media.

2.5. Mampu melaksanakan pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa:

a. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.
b. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa.
c. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar.

2.6. Mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar:

a. Memantau kemajuan belajar selama proses.
b. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan).

2.7. Mampu menggunakan bahasa:

a. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar.
b. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai.
3. Kompetensi menutup pembelajaran, dengan:
3.1. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.
3.2. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.

Karena dalam perencanaan belum sepenuhnya guru mempersiapkan diri, tentunya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran. Pengaruh terbesar adalah persyaratan profesinya, sehingga banyak ditemukan guru dengan penguasaan materi tidak maksimal. Berdasarkan uji kompetensi soal UNAS, yang kami laksanakan 80 % guru menguasai materi dan masih ada yang 70 %, dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Harapannya dalam kegiatan pembelajaran, semua komponen pembelajaran tercapai 90 % .
Dalam implementasinya dampak hasil pembelajaran sangat dipengaruhi aspek kompetensi guru, dengan pengaruh latar belakang guru dengan aspek kognitif, afektif dan sosial-ekonomi.
Kompetensi afektif dan sosial guru, yang berdampak pada pembelajaran dan perlu mendapat perhatian antara lain:
-Kemampuan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi dengan siswa.
-Kemampuan bersikap simpatik.
-Kemampuan untuk dapat bekerja sama dengan Komite Sekolah.
-Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
-Kepedulian terhadap tugasnya dan berbagai perkembangan pendidikan.
-Kemampuan berinovasi dalam pembelajaran.
-Motivasi untuk meningkatkan kemampuan guru.
-Komitmen guru dalam melaksanakan tugas (kehadiran) mengajar.
-Keterbatasan kemampuan menambah wawasan pengetahuan pembelajaran melalui studi lanjutan (S2, S3), pendidikan pelatihan.
-Keterbatasan sarana-prasarana yang dimiliki guru, dengan tuntutan perkembangan teknologi.
-Komitmen guru dalam melaksanakan tugas terutama kehadiran mengajar 90 %, masih membutuhkan perhatian. -Keterbatasan guru dalam segala hal seperti di atas berdampak pada kualitas guru dan sekolah.

BAB III
PENUTUP

Guru dengan kompetensinya masih memprihatinkan. Kompetensi kognitif masih beragam, 70 %, 80 % - 90 %, seharusnya guru sehat kognitif 90 %. Kompetensi afektif-lahir bathin dan sosial-ekonomi, komitmen melaksanakan tugas, kehadiran, keterbatasan sarana-prasarana yang dimiliki guru rata-rata 90 % , seharusnya guru sehat afektif, sosial-ekonomi 90 %.

Berbagai upaya telah kita lakukan dalam peningkatan mutu pendidikan. Sekolah dengan sarana-prasarana lengkap, pelatihan-pelatihan guru dengan berbagai model pengembangan desain pembelajaran dapat dilaksanakan, namun semuanya itu tidak akan tercapai secara maksimal untuk mencapai sekolah yang berkualitas apabila gurunya kurang sehat.

Realitanya: ”Guru Olah Raga tidak mampu tolak peluru karena kurang jamu, guru sejarah tidak mampu bercerita karena selalu teringat dengan nasibnya, guru matematika lepas perhitungan karena belum sarapan dan guru ekonomi kesulitan dengan ekonominya sendiri”.

Jelaslah bahwa yang menjadi akar permasalah kualitas pendidikan, utamanya dipengaruhi oleh faktor guru dengan latar belakang kompetensinya, sehat kognitif, sehat afektif-lahir bathin dan terlebih masalah sehat sosial-ekonomi, sangat tergantung anggaran pemerintah dalam bidang pendidikan.

Menjadi perhatian kita semua bahwa, anggaran pendidikan 20 % sudah saatnya lebih difokuskan pada guru.

DAFTAR PUSTAKA


Ahmad Rohani HM. 1990. Pengelolaan Pengajaran. Semarang: Penerbit Rineka Cipta.
Depdiknas, Jakarta, 2005. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005 – 2009.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas, Jakarta, 2008. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2008. Panduan Penyusunan Portofolio. Buku 3.
Dwi Nugroho Hidayanto. 2006. Model Pembelajaran untuk Madrasah. Jurnal Pendidikan Depag Kalimantan Timur. Vol: I.No.II.
Dunne, Richard, dkk.1996. Pembelajaran Efektif.Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Enggus Subarman. 1992. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rusdakarya.
Fadjar Shadiq. 2000. Pendekatan Pembelajaran Variasi CBSA. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Hasibuan, J.J.,dkk. 1995. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Penerbit PT. Rosdakarya.
Piet A.Sahertian. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Rooijakkers, Ad. 1993. Mengajar Dengan Sukses.Jakarta: Penerbit PT Grasindo.
Soekartawi. 1995. Meningkatkan Efektivitas Mengajar. Malang: Pustaka Jaya.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan Dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.

Tidak ada komentar: