Rabu, 29 Oktober 2008

BELAJAR DI SMP PLUS MELATI SAMARINDA (BOARDING SCHOOL)

BOARDING SCHOOL

PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas ijinNya makalah ini dapat diselesaikan. Semoga makalah ini menjadi sumbang saran dan pemikiran yang berarti, dalam upaya mewujudkan sekolah menjadi tempat pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan.

Memberi makna belajar, merupakan keinginan dari seorang guru agar tepat dalam memberikan pelayanan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan proses berkesinambungan bagi siswa dalam menerapkan berbagai aspek yang meliputi pengetahuan dan pemahaman konsep, praktik maupun sikap yang dikumpulkan dan ditafsirkan dalam bentuk informasi/data untuk menilai keputusan-keputusan yang diambil pada proses belajar siswa.

Penulisan makalah ini, berdasarkan pemikiran dan pengalaman di sekolah selama ini, dengan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan berbagai kendalanya khususnya dalam pembelajaran, diperlukan pendekatan dan makna tertentu dengan siswa agar lebih tepat, sehingga dapat kita berikan pelayanan yang maksimal.

Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dan secara khusus bagi guru.


ABSTRAK

HIDAYAT, Belajar Di SMP Plus Melati Samarinda.

Penulisan makalah ini dengan tema: Mewujudkan sekolah menjadi tempat pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan, bertujuan agar guru tepat dalam memberikan pelayananan dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar.

Penulisan makalah ini bertolak dari permasalahan yang ada di sekolah, diantaranya masalah belajar dan pelayanan pembelajaran yang kurang tepat untuk siswa. Pelayanan pembelajaran yang dimaksud kurang memberikan motivasi belajar, pelayanan program perbaikan dan pengayaan tidak maksimal, karena individu siswa yang berbeda kurang diberikan layanan informasi yang akurat tentang materi atau soal yang belum dikuasai siswa. Hal ini pula disebabkan jumlah siswa yang perlu dilayani cukup besar. Dengan pelayanan pembelajaran `yang tepat , sangat membantu guru dalam proses yang terjadi dalam diri siswa dalam belajar secara maksimal.
Dalam pelayanan pembelajaran secara maksimal, guru harus mampu memberi makna belajar. Makna belajar di SMP Plus Melati Samarinda.

Penilaian tidak harus menjadi target tertentu, yang penting semangat belajar tumbuh-kembang dari kegiatan yang mereka lakukan sendiri.

1. Belajar itu menyenangkan.
2. Belajar itu, proses menuju perubahan untuk mencapai prestasi sesuai visi-misi sekolah.
3. Belajar itu, tidak harus di kelas.
4. Belajar itu, di mana saja, kapan saja dan belajar tidak hanya di sekolah.
5. Belajar itu, tidak harus ada target tertentu.
6. Belajar itu, . . .

Pembahasaan dalam penulisan makalah ini, menitikberatkan kepada pelayanan individual dengan penjelasan atau keterangan yang lengkap tentang kompetensi yang telah dicapai, karena persoalan ini sering memberatkan guru dan bahkan guru sering melakukan kekeliruan dalam penjelasan tentang kompetensi yang dicapai siswa. Hal ini disebabkan data/informasi tentang kompetensi siswa tidak lengkap.

Memberi makna belajar, diharapkan guru dapat mendeteksi lebih dini dan lebih mudah/sederhana untuk merekam data ketercapaian kompetensi siswa terhadap bagian-bagian dari soal/materi ajar yang belum dikuasai siswa, sehingga dapat memberikan solusi secara individual terhadap siswanya. Solusi yang dapat ditempuh antara lain melalui layanan program perbaikan, tugas tertentu, pengayaan apabila diperlukan atau layanan informasi lainnya dalam proses pembelajaran secara menyeluruh dengan berbagai aspek belajar.

Apabila guru , dapat memberikan informasi dan pelayanan individual yang tepat tentang perkembangan prestasi belajar siswa, tentunya siswa akan termotivasi dan pada gilirannya suasana pembelajaran lebih menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap guru tentunya memiliki keinginan untuk lebih baik dalam memberikan layanan belajar kepada siswanya sesuai mata pelajarannya masing-masing. Keinginan ini tanpa dibantu pemahaman terhadap makna belajar, strategi atau cara dan perangkatnya tentunya sulit untuk terwujud. Banyak cara yang dapat dibuat oleh guru dalam upaya memberikan layanan belajar siswanya. Untuk mengenal proses pembelajaran siswa, dengan hasil dalam bentuk penilaian(aspek pengetahuan dan pemahanan konsep, aspek praktik dan sikap), guru dapat memberikan makna belajar yang lebih luas , serta keterangan ketercapaian kompetensi siswanya dengan tepat.

Permasalahan belajar yang mencakup semua aspek dengan berbagai kendalanya termasuk jumlah siswa yang terlalu besar untuk per-kelas, sehingga individu siswa kurang mendapat perhatian maksimal, masih menjadi problem besar bagi guru dan sekolah.

Sebagian besar guru masih ada yang tidak mengenal makna belajar, sehingga belajar itu membosankan dan menyedihkan, hal ini dibuktikan masih banyak kesalahan dalam memberikan informasi/data ketercapaian kompetensi sebagai hasil belajar siswanya, bahkan siswa yang sudah pindah/keluarpun masih diberikan keterangan ketercapaian kompetensinya. Hal ini menunjukkan keprihatinan kita terhadap belajar dengan berbagai aspek ketercapaiannya, proses pembelajaran dengan pelayanan individualnya dan lebih jauh memprihatinkan lagi untuk mengenal siswa lebih dekat dalam upaya peningkatan prestasi belajar, sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan, masih perlu ditingkatkan.

Sebuah tuntutan bahwa belajar di SMP Plus Melati Samarinda harus sesuai dengan Visi dan Misi sekolah:

Visi :

CERDAS : SPiritual, Emosional, soSIal, intelektuAL ( SPESIAL )

Misi :

-Melaksanakan kegiatan ibadah untuk meningkatkan Iman dan Taqwa (IMTAQ)
-Meningkatkan semangat juang siswa untuk meraih prestasi.
-Melaksanakan kegiatan sosial kemasyarakatan.
-Melaksanakan pembelajaran berbasis kompetensi, untuk meraih prestasi di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), prestasi dalam Ujian Nasional dan dapat melanjutkan ke jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA ) unggulan/Plus

Oleh karena itu guru harus lebih kreatif, inovatif dan berhati-hati dalam tugas profesinya, lebih tekun, penuh kesabaran dalam mendidik siswanya dan selalu mendorong pembelajaran lebih aktif, memberi motivasi, mengenal lebih dekat siswanya untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar.

B. Tujuan

Tujuan secara umum untuk mencapai rumusan belajar yang tepat adalah terciptanya pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan. Untuk mencapainya perlu dilakukan kaji tindak (class room action research) dalam pembelajaran agar tujuan belajar siswa dapat tercapai secara maksimal.
Tujuan secara khusus:

Mengetahui lebih dini, karakteristik atau bagian dari langkah-langkah proses belajar dalam rangka mencapai kompetensi dasar yang dituangkan dalam desain belajar yang belum dikuasai oleh siswa secara detail.
Memberikan pelayanan maksimal kepada siswa terhadap pelaksanaan belajar pada proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu, baik untuk perbaikan bagi yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar minimal, maupun pengayaan bagi siswa yang sudah mampu mencapai ketuntasan belajar, dalam rangka memaknai belajar.

Mempermudah bagi guru dalam memberikan keterangan pencapaian kompetensi siswa secara individu pada laporan hasil belajar siswa.

BAB II
BELAJAR DAN PERMASALAHANNYA

Belajar dan proses belajar merupakan suasana untuk mencapai hasil belajar. Suasana proses belajar yang terjadi, merupakan satu di antara komponen sebagai kerangka analisis dalam studi kualitas proses dan mutu hasil belajar. Proses belajar adalah proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh siswa. Kegiatan belajar di sekolah merupakan kegiatan yang direncanakan dan disajikan. Oleh karena itu rumusan belajar harus didesain agar mencapai tujuannya sesuai visi-misi sekolah.

Kesungguhan dalam belajar yang didukung kemampuan dasar siswa akan menentukan hasil belajar yang maksimal. Kesungguhan ditentukan oleh motivasi siswa. Siswa termotivasi dalam belajar jika:

a. Siswa yakin, bahwa apa yang dipelajari itu bermanfaat bagi dirinya.
b. Siswa yakin, akan mampu menguasai pelajarannya.
c. Situasi belajar bervariasi dan menyenangkan.

Untuk meningkatkan motivasi belajar dibutuhkan:

-Keteladanan.
-Target belajar.
-Dorongan guru untuk menggunakan model pembelajaran yang inovatif, siswa saling berinteraksi dan kerjasama sehingga siswa dapat menikmati kegiatan pembelajaran.
-Dorongan guru untuk menggunakan inisiatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang disampaikan sebelum mulai pelajaran sesuai dengan yang direncanakan.
-Keyakinan guru, bahwa motivasi sangat menentukan keberhasilan belajar siswa.
-Sarana prasarana yang kondusif.

Untuk meningkatkan motivasi dalam belajar, perlu didesain pembelajarannya, antara lain:

-Perlu dibuat pembelajaran penuh makna. Pembelajaran kontekstual, artinya berhubungan dengan manfaat dan kehidupan sehari-hari.
-Diciptakan hubungan yang baik dengan siswa, pembelajarannya inovatif.
-Bentuklah kelompok-kelompok belajar.

Proses belajar adalah proses yang dialami secara langsung dan siswa aktif, yang direncanakan dan disajikan guru, baik yang terjadi di kelas maupun di luar kelas. Untuk mencapai tujuan belajar perlu strategi. Strategi belajar merupakan interaksi yang direncanakan secara tepat guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) dengan memilih berbagai alternatif cara belajar.

Kemajuan belajar dan prosesnya, dapat diukur melalui evaluasi. Sistem evaluasi adalah seluruh rencana, alat, program, ukuran dan kriteria yang disusun dan digunakan untuk menilai kemajuan belajar, berupa hasil belajar. Hasil belajar dalam kerangka studi merupakan tingkat penguasaan siswa yang meliputi kompetensi : Pengetahuan dan Pemahaman Konsep, Praktik dan Sikap. Hasil belajar dipengaruhi pula oleh sistem penyajian dan pelayanan belajar yang sangat erat hubungannya dengan pengertian strategi belajar-mengajar.

BAB III
PELAYANAN DALAM BELAJAR

Pelayanan belajar dan sistemnya adalah cara siswa berkomunikasi dengan obyek belajar atau bahan pelajaran. Hal ini sangat erat hubungannya dengan strategi pembelajaran dalam proses belajar. Untuk mencapai hasil belajar secara maksimal, sangat tergantung pada proses belajar. Sesuai dengan bagan pada model proses belajar, diperlukan persyaratan agar proses belajar maksimal, yaitu:

-Tingkat partisipasi dan jenis kegiatan belajar.
-Peranan guru dalam interaksi dengan siswa selama proses belajar.
-Suasana proses belajar yang terjadi.

Model-model pelayanan belajar di SMP Plus Melati Samarinda agar proses belajar maksimal, sesuai kriteria di atas, dapat disajikan sebagai berikut:
Belajar itu menyenangkan. Guru perlu merancang jenis kegiatan belajar dan tingkat partisipasi siswa:


Tingkat partisipasi siswa dan peranan guru sangat dibutuhkan dalam proses interaksi sosial pada pembelajaran Ilmu Sosial.


Pembelajaran IPA, Kelas VII B dari Guru IPA: Oktafi Eka Wardani, S.Pd.

Peranan guru dalam interaksi dengan siswa selama proses belajar, sangat dibutuhkan.


Belajar itu, proses menuju perubahan untuk mencapai prestasi sesuai visi-misi sekolah.

Dengan motto : SMP Plus Melati SIIP . . . LAH ! (Senang, Inovatif, Interaktif, Profesional, Lucu-ilmiah/Scientific, Aktual, Hebat), menjadikan sekolah semakin jelas arahnya dalam merumuskan tentang belajar.


Belajar itu tidak harus di kelas.



Pengemasan belajar di luar kelas, agar efisien, efektif dan tepat sasaran membutuhkan prencanaan pengelolaan pembelajaran dari guru yang berpengalaman. Peranan guru menjadi sangat penting dalam mengelola interaksi dengan siswa selama proses belajar.



Kegiatan layanan pembelajaran di luar kelas (Kelas VIIA, pembelajaran matematika oleh: Fiddin, S.Pd, guru matematika ) sebagai variasi dalam mengelola model-model pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih inovatif, interaktif dan menyenangkan.
Peran guru dan siswa dalam interaksi sosial dituntut lebih aktif. Guru harus lebih siap dalam memberikan pelayanan belajar secara maksimal.




Untuk pembelajaran di Laboratorium, guru dituntut lebih trampil dalam mempersiapkan, menggunakan/mengaplikasikan, dengan peralatan sesuai dengan rancangan pembelajarannya.




Kegiatan pembelajaran Listening Bahasa Inggris, kelas VIIA oleh: Safitri Wahyuni, S.Pd. (guru bahasa Inggris).

Belajar itu, di mana saja, kapan saja dan belajar itu tidak hanya di sekolah


Agar belajar maksimal, diperlukan suasana proses belajar yang terjadi.


Belajar itu, di mana saja, kapan saja dan belajar itu tidak hanya di sekolah.
Untuk menjadi hebat, belajar itu juga perlu perjuangan,

,perlu strategi khusus, aktualisasi dan keberanian dalam mengambil keputusan.

Belajar itu tidak harus ada target tertentu. Hal ini memilih suasana yang tepat merupakan persyaratan yang penting, sehingga walaupun tanpa target tertentu, perubahan kondisi minimal pasti akan terjadi. Penilaian tidak harus menjadi target tertentu, yang penting semangat belajar tumbuh-kembang dari kegiatan yang mereka lakukan sendiri.
Mereka bebas dari target tertentu. Belajar sesungguhnya milik mereka dan kita serahkan mereka untuk memutuskan sendiri.

BAB IV

KESIMPULAN



Belajar itu sebuah proses yang harus dilalui oleh setiap siswa, dengan menciptakan kondisi tertentu sesuai perkembangan usia anak. Sehingga melalui belajarlah siswa akan tumbuh-kembang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Sebagai guru harus memahami konsep belajar, agar memahami kebutuhan siswa tentang belajar, sehingga siswa tidak merasa tertekan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah atau dengan kata sederhana: ” Aku tahu apa yang engkau mau”.


Proses belajar, dibutuhkan partisipasi siswa, jenis kegiatan belajarnya, dan peranan guru dalam interaksi dengan siswa, serta suasana belajar yang kondusif.
Hasil belajar akan tercapai maksimal, apabila proses belajar maksimal dengan didukung peran serta guru dan siswa dengan berbagai latar belakangnya serta sistem penyajian, administrasi dan evaluasi yang tepat guna yang dilandasi sistem kurikulum yang berlaku.


Pelayanan belajar yang maksimal dalam segala aspek, memerlukan keikhlasan seorang guru dalam memberikan kesempatan kepada anak didiknya agar berkembang sesuai potensi, bakat-minatnya. Hal ini sangat penting karena setiap siswa memang berbeda potensinya dalam memahami setiap mata pelajaran. Guru tentu pandai dalam mengoptimalkan potensi siswanya. Guru perlu membuat rancangan pembelajaran, agar proses kegiatan belajar mengajar penuh makna dan ketercapaian hasil belajar maksimal.

PUSTAKA


Soedijarto, 1993. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan Dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdikbud Dirjen Dikdasmen, 1999. Manajemen Sekolah.
Ngalim Purwanto M., 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Penerbit PT. Rosdakarya.
Depdiknas, 2005. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005 – 2009.

Selasa, 28 Oktober 2008

MENGGALI SEBUAH IBADAH


KATA PENGANTAR



Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas ijinNya karya tulis ini dapat diselesaikan. Semoga karya tulis ini merupakan sumbang saran dan pemikiran yang berarti, dalam upaya mewujudkan Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Siswa Melalui Pembelajaran Yang Mengintegrasikan Imtaq-Iptek.

Menggali Sebuah Ibadah Dalam Pembelajaran Bilangan Berpangkat, Matematika SMA/MA Semester 1 Kelas X, merupakan suatu model pembelajaran yang mengintegrasikan Imtaq-Iptek. Dengan karya tulis ini diharapkan dapat mewujudkan peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa.

Penulisan karya tulis ini , berdasarkan pemikiran dan pengalaman di sekolah selama ini, khususnya dalam pembelajaran matematika, diperlukan integrasi Imtaq-Iptek sehingga siswa memiliki kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Sosial yang dilandasi iman dan taqwa.

Mudah-mudahan karya tulis ini bermanfaat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan secara khusus pengembangan di bidang peningkatan Imtaq-Iptek di sekolah.

ABSTRAK

HIDAYAT, Menggali Sebuah Ibadah Dalam Pembelajaran Bilangan Berpangkat, Matematika SMA/MA Semester 1 Kelas X.

Penulisan karya tulis ini dengan tema: Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Siswa Melalui Pembelajaran Yang Mengintegrasikan Imtaq-Iptek.

Penulisan karya tulis ini bertolak dari permasalahan yang ada di sekolah, diantaranya masalah penilaian pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek intelektual, emosional dan sosial yang kurang bermakna, karena tidak dilandasi iman dan taqwa. Penilaian yang dimaksud kurang memberikan motivasi terhadap tujuan pendidikan yang sesungguhnya , yaitu penanaman iman (“yatlu ‘alaihim ayaatihi”), pendidikan moral dan etika (“yuzakkihim”), serta pengajaran ilmu/intelektualitas (“yu’allimuhum al-Kitab wal Hikmah”).

Melalui kegiatan pembelajaran, diharapkan guru dapat menngetahui ketercapaian kompetensi siswa yang lebih bermakna sebagai suatu ibadah. Solusi yang dapat ditempuh antara lain pembelajaran dengan skenarionya yang diintegrasikan dengan pengembangan nilai Imtaq-Iptek, yang tercermin dalam aspek nilai sikap.

Apabila guru matematika, dapat memberikan informasi dan pelayanan pembelajaran yang mengintegrasikan Imtaq-Iptek, tentunya pembelajaran sangat faktual kontektual dan siswa akan lebih termotivasi, menyenangkan, mengasyikkan, mengagumkan tentang kebesaran Allah SWT dan pada gilirannya dapat meningkatkan iman dan taqwa serta prestasi belajarnya.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setiap guru tentunya memiliki keinginan untuk mengisi hidupnya penuh dengan ibadah. Ibadah itu begitu penting karena sesungguhnya untuk itulah manusia diciptakan Tuhan, sesuai dengan penegasan-Nya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.(adz-Dzaariyaat:56)

Apabila manusia diciptakan hanya untuk menyembah dan beribadah kepada Allah, maka setiap orang perlu mengetahui pengertian dan hakikat ibadah agar ia dapat melaksanakannya dengan benar. Selain itu ia juga perlu mengetahui makna dan hikmah yang terkandung pada tiap-tiap ibadah yang dilakukannya.

Nabi Muhammad SAW, telah berkata pula tentang ibadah atau amal kebaikan, bahwa: “Amal (kebaikan) yang disukai Allah ialah yang langgeng meskipun sedikit (HR. Bukhari).

Dalam pengertian yang luas ibadah meliputi segala yang dicintai Allah dan diridhai-Nya. Hal ini adalah implikasi pemikiran serta pelaksanaan pendidikan sebagai bagian dari ibadah, yaitu:

1. Pendidikan adalah proses yang mempunyai tujuan, sasaran dan obyek.

2. Secara mutlak, pendidik yang sebenarnya hanyalah Allah, Pencipta fitrah dan Pemberi berbagai potensi, Dia-lah Yang memberlakukan hukum dan tahapan perkembangan serta interaksinya, dan hukum-hukum untuk mewujudkan kesempurnaan, kebaikan dan kebahagiaan.

3. Pendidikan menuntut adanya langkah-langkah yang secara bertahap harus dilalui oleh berbagai kegiatan pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan urutan yang telah disusun secara sistematis. Siswa melakukan kegiatan pase demi pase.

4. Kerja pendidik harus mengikuti aturan penciptaan dan pengadaan yang dilakukan oleh Allah SWT.

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, kompetensi yang
diharapkan adalah:

a. Berkenaan dengan aspek afektif, siswa memiliki: keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama masing-masing yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, memiliki nilai-nilai etika dan estetika serta mampu mengamalkan dan mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari; memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik dalam lingkup nasional maupun global.

b. Berkenaan dengan aspek kognitif, menguasai ilmu, teknologi, dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

c. Berkenaan dengan aspek psikomotorik, memiliki ketrampilan berkomunikasi, kecakapan hidup dan mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam, baik local, regional, memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kegiatan sehari-hari.

Permasalahan dalam pembelajaran yang sering kurang disadari oleh guru pada umumnya yaitu penilaian yang hanya menekankan pada aspek kecerdasan intelektual, emosional, dan sosial dengan mengabaikan aspek keimanan dan ketaqwaan. Penilaian atau asesmen mencakup semua metode yang dapat digunakan untuk menilai unjuk kerja individu siswa atau kelompok. Penilaian merupakan pengumpulan bukti berdasar sejumlah fakta yang dapat menjelaskan karakteristik individu siswa. Oleh karena itu menggali sebuah ibadah dalam pembelajaran yang mengintegrasikan Imtaq-Iptek sangat diperlukan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa.

Sebagian guru masih ada yang cenderung lebih mementingkan target pencapaian kurikulum atau materi pelajaran, dibandingkan dengan aspek yang menekankan peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa melalui pembelajaran yang mengintegrasikan Imtaq-Iptek.

Matematika, oleh sebagian besar siswa masih dianggap sukar. Hal ini dibuktikan dari hasil atau perolehan nilai hasil ujian yang rata-ratanya masih rendah. Pembelajaran matematika adalah proses yang kompleks dan mengandung banyak variable. Semua variable saling berhubungan. Satu di antara hambatan dalam mengajar matematika adalah banyak siswa yang tidak tertarik atau kurang berminat pada matematika itu sendiri. Motivasi sangat penting bagi siswa dalam mempelajari matematika.

Pembelajaran matematika adalah proses yang kompleks, dan mengandung banyak variabel. Semua variabel saling berhubungan. Walaupun objek matematika adalah abstrak, pengajarannya dapat dimulai dari objek yang konkrit.

Oleh karena itu guru matematika harus lebih kreatif, inovatif dan berhati-hati dalam tugas profesinya, lebih tekun, penuh kesabaran dalam mendidik siswanya dan selalu mendorong pembelajaran lebih aktif, memberi motivasi, melalui satu model pembelajaran matematika yang mengintegrasikan dengan Imtaq-Iptek untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran matematika.

B. Tujuan

Tujuan secara umum dilakukan penulisan karya tulis ini, menggali sebuah ibadah dalam pembelajaran matematika, menumbuhkan motivasi, kebanggaan dan percaya diri yang tinggi, mengakui kebesaran Allah SWT Sang Pencipta alam semesta ini, setelah melihat faktual kontektual pembelajaran yang mengintegrasikan Imtaq-Iptek.
Secara khusus bertujuan:

1. Mengetahui bagian dari kompetensi dasar yang dituangkan dalam pembelajaran berintegrasi Imtaq-Iptek yang harus dikuasai oleh siswa secara detail, dalam rangka peningkatan prestasi belajarnya.

2. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa, melalui satu model pembelajaran yang mengintegrasikan Imtaq-Iptek.

Dapat merupakan langkah yang dapat menyiapkan generasi unggul yang cerdas, berakhlak dan cinta Tanah Air, sekaligus generasi yang memiliki “Basthatan fil-‘ilmi wal-Jism” dan juga
memiliki “Qalbun Salim”


Penulisan bilangan seperti di atas lebih sederhana ditulis dalam bentuk bilangan berpangkat yang disebut dengan notasi ilmiah. Misalnya jarak rata-rata antara Matahari dengan Bumi 149.600.000 km atau hampir 150 miliar meter yang ditulis 1,5 x 1011 meter. Jarak rata-rata Bulan dengan Bumi 384.000 km atau 3,84 x 108 meter.


Banyak hal dalam kehidupan kita, dinotasikan dalam bilangan berpangkat. Sebagai contoh adalah panjang gelombang dan frekuensi warna pelangi. Panjang gelombang warna ungu pada pelangi adalah 3,9 x 10–7 meter sampai dengan 4,5 x 10–7 meter dan frekuensinya 6,7 x 1014 Hertz sampai dengan 7,7 x 1014 Hertz. Contoh lain panjang untaian DNA(deoxyribonucleic acid) dalam sebuah sel adalah 10–7 meter dan rata-rata tubuh mahluk hidup terdiri dari 1014 sel DNA adalah bagian dari inti sel yang berperan dalam sintesis protein dan faktor keturunan.


Pembelajaran bilangan berpangkat, contoh dan manfaatnya sering dihadapkan pada fakta bahwa dalam kehidupan ini, harus membiasakan dengan pengamatan, penalaran dan pemikiran. Kita dapat memperhatikan alam semesta yang telah diciptakan oleh Allah SWT, seperti halnya Bumi, Matahari dan Bulan. Allah sendiri telah mengatakan dalam Al-Qur’an :


Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya (Al Anbiyaa’: 33)


Demikian pula Allah telah mengatakan:

Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.(As Sajdah:5).


Berdasarkan ayat di atas, akhirnya telah ditemukan pula sebuah kecepatan cahaya, kecepatan gelombang elektromagnetik yang tercepat di jagad raya ini oleh ahli fisika dari Mesir bernama DR.Mansour Hassab El Naby dengan perhitungan dan perbandingan yang nilainya sama dengan para ahli lainnya (Pembuktian nilai konstanta C dengan Al Qur,an: Muhammad Zuhdi).

Berdasarkan penemuannya bahwa dari ayat di atas, dapat disimpulkan: “Jarak yang dicapai Sang Urusan selama satu hari sama dengan jarak yang ditempuh bulan selama 1.000 tahun atau 12.000 bulan. Sehingga terdapat hubungan C.t = 12.000 L (C= kecepatan Sang Urusan, t= waktu selama satu hari, L= panjang rute edar bulan dalam satu bulan dan L = ve.cos α T).

Persoalan di atas selanjutnya dapat diselesaikan: C = 12.000. ve.cos α.T/t (ve = kecepatan bulan= 3682,07 km/jam, α = sudut revolusi bumi selama satu bulan = 26,72848o, T = periode revolusi bulan = 655,71986 jam dan t = 86164,6906 detik), sehingga ditemukan C = 299792.5 km/det, atau sering ditulis dalam bentuk bilangan berpangkat (notasi ilmiah): C = 2,998 x 108 m / det.

Apabila dibandingkan dengan hasil penemuan para ahli lainnya nilai konstanta C adalah sebagai berikut:

1. US National Bureau of Standards, C = 299792,4574 + 0,0011 km/det.
2. The British National Physical Laboratory, C = 299792,4590 + 0,0008 km/det.
3. Penetapan ukuran Berat Standar, “ Satu meter adalah jarak tempuh cahaya dalam ruang vakum selama jangka waktu 1/299792458 detik.

Berdasarkan uraian di atas, siswa diharapkan dapat diajak untuk memberikan sebuah penalaran dan pemikiran, bahwa Allah telah memberikan keterangan bagi manusia yang cukup jelas sebagai tanda kekuasaan-Nya, agar manusia mau berfikir.

Materi pembelajaran bilangan berpangkat seperti di atas, diintegrasikan dalam pengalaman belajar siswa, yang tercantum pada pengembangan silabus dan skenario atau desain pembelajaran terintegrasi Imtaq-Iptek. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya diarahkan di bagian pendahuluan khususnya pada pemberian motivasi yang kontektual. Sedangkan pada pengembangan atau kegiatan inti dari proses pembelajaran dan penutup kegiatan belajar mengajar, diupayakan tetap terintegrasi dengan Imtaq-Iptek melalui soal-soal latihan yang terarah pada upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan demikian materi pokok pembelajaran bilangan berpangkat sesuai kurikulum tetap dapat disampaikan secara maksimal, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar untuk meningkatkan prestasi siswa atau dengan kata lain tetap sesuai tujuan pembelajaran matematika, bukan berubah menjadi pelajaran Pendidikan Agama Islam.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembelajaran yang lebih bermakna adalah pembelajaran sebagai suatu ibadah. Pembelajaran tidak hanya menekankan pada aspek intelektual, emosional, sosial tetapi perlu dilandasi iman dan taqwa.

Melalui pembelajaran bilangan berpangkat pada matematika SMA/MA, kelas X semester 1 yang faktual kontektual dengan mengintegrasikan imtaq-iptek dapat menumbuhkan motivasi, kebanggaan dan percaya diri yang tinggi, mengakui kebesaran Allah SWT Sang Pencipta alam semesta ini, sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.

Menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika jauh lebih penting, karena banyak siswa yang tidak tertarik atau kurang berminat terhadap matematika. Dengan model pembelajaran terintegrasi life skill (kecakapan hidup) dan Imtaq-Iptek diharapkan lebih menarik minat siswa terhadap pelajaran matematika, sehingga secara langsung dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

B. Saran

1. Perlu pembuatan silabus dan penilaian matematika SMA/MA yang terintegrasi dengan Imtaq-iptek.

2. Perlu pembuatan contoh rancangan model pembelajaran matematika SMA/MA yang terintegrasi dengan Imtaq-Iptek.


DAFTAR PUSTAKA



Abdurrahman an-Nahlawi. (1996). Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam. Bandung: Penerbit cv.Diponegoro.
Depdiknas.(2003). Kurikulum 2004. Standar Kompetensi. Mata Pelajaran Matematika. Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Draf Akhir. Jakarta.
Depdiknas Dirjendikdasmen Dirdikmen. .(2003). Konsep Dasar dan Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Kecakapan Hidup di SMA. Buku 1 dan 2.Jakarta.
__________________________________ .(2003). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA..Jakarta.
Johanes, S.Pd.,dkk. (2003). Kompetensi Matematika 1A. Jakarta: Penerbit Yudistira.
Lahmuddin Nasution, Drs., M.Ag. (1999). Fiqih Ibadah. Jakarta: PT Logos.
Muhammad Tolhah Hasan, KH., Dr. (2005). Menyiapkan Generasi Unggul. Samarinda: Orasi Ilmiah Peresmian SD Islam Bunga Bangsa di Samarinda. Kalimantan Timur.
Ratim, M.,dkk. (1982). Bumi dan Antariksa. 1 dan 2. Bandung: Penerbit Angkasa.
Rooijakkers, Ad. (1993). Mengajar Dengan Sukses.Jakarta: Penerbit PT Grasindo.
Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi. (1990). Mu’jizat Al-Qur’an. Jakarta: Penerbit Firdaus.
Thoha, Chabib. (1996). Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Yusuf Al Qardhawi, Dr. (1994). Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah SWT. Jakarta: Penerbit Firdaus.










































Senin, 27 Oktober 2008

SEKARANG DIBUTUHKAN GURU YANG SEHAT


SEKARANG DIBUTUHKAN GURU YANG SEHAT


Disusun oleh:
Drs. Hidayat
Kepala SMP Plus Melati Samarinda


SEKOLAH BERKUALITAS, GURUNYA BERKUALITAS.
GURU BERKUALITAS, PEMBELAJARANNYA EFEKTIF.
PEMBELAJARAN EFEKTIF, GURUNYA PROFESIONAL.
GURU PROFESIONAL, ADALAH GURU YANG SEHAT.

KATA PENGANTAR


Sekolah bukan merupakan suatu sistem mekanik, sehingga bagian-bagian tertentu dapat diganti, agar berfungsi dengan baik. Sekolah merupakan sistem organik, dengan komponennya saling berhubungan atau antar individu saling terlibat dan merupakan kunci berfungsinya sistem. Kualitas sekolah tidak dapat diwujudkan hanya sebagian dari komponen. Kualitas setiap komponen harus ditingkatkan.


Kita semuanya tahu, komponen utama dalam peningkatan kualitas sekolah, adalah guru. Gagasan ini memandang bahwa guru sumber utama dan pokok dalam hal peningkatan kualitas sekolah dan mutu pendidikan. Guru sesungguhnya berada di garis depan; bagaimana guru mendidik, mengajar, melatih dan menangani berbagai masalah yang menentukan sebagian terbesar dari hasil akhir mutu pendidikan.


Permasalahan yang pokok sekarang ini, bagaimana dengan kondisi guru itu sendiri; apa kabar Pak Guru, Bu Guru?, masih sehat lahir-bathin ?. Peran guru dalam menentukan kualitas proses dan mutu hasil belajar memang sangat penting. Guru harus sehat secara kognitif sesuai standar kompetensi guru, sehat afektif-lahir bathin dan sehat sosial ekonomi.


Semoga bermanfaat dan memberi motivasi bagi perjuangan guru.

ABSTRAK


HIDAYAT, Sekarang Dibutuhkan Guru Yang Sehat.

Penulisan makalah ini dengan tema: Guru Berkualitas Menuju Sekolah Berkualitas, dengan mengambil cakupan subtema: Memaksimalkan Efektifitas Pembelajaran dan Profesionalisme Guru sebagai Sebuah Profesi.
Penulisan makalah ini bertolak dari permasalahan dan pengalaman praktik yang ada di sekolah selama menjadi guru , diantaranya masalah fakta kognitif kompetensi profesional guru, fakta kompetensi afektif guru dan sosial-ekonomi guru.

Guru yang sehat adalah guru yang profesional. Guru yang profesional pembelajarannya efektif. Guru yang pembelajarannya efektif adalah guru berkualitas. Guru berkualitas, sekolah berkualitas.

Sehingga sekarang dibutuhkan guru yang sehat. Guru dengan komponen latar belakang kognitif, afektif , dan sosial-ekonomi yang beragam akan mampu menjalankan proses belajar dengan baik dan dapat mencapai hasil belajar secara maksimal, jika kondisinya sehat. Guru sehat dalam konteks pada makalah ini, adalah sehat kognitif, afektif-lahir bathin dan sehat sosial-ekonomi.

Kata kunci: Sehat, Profesional, Efektif, Berkualitas.


BAB I

PENDAHULUAN


Peningkatan mutu pendidikan sekarang merupakan suatu kebutuhan yang mendesak. Keberhasilan pembangunan bangsa ditentukan terutama oleh sumberdaya manusia yang berkualitas, melalui pendidikan yang berkualitas pula. Pendidikan yang berkualitas akan terwujud dari sekolah dan guru-guru yang berkualitas.

Guru amatlah penting dalam usaha pencerdasan bangsa. Guru sangat berperan dalam pengembangan sumber daya manusia. Guru yang profesional menyadari bahwa tujuan pendidikan yang begitu luas, akan dapat tercapai melalui perencanaan pembelajaran yang efektif.

Dwi Nugroho Hidayanto (2006) dalam Journal Pendidikan Departemen Agama Propinsi Kalimantan Timur, Desember 2006, menyebutkan guru sebagai pelaksana terdepan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis dan sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Strategis karena gurulah yang menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, dan bersifat menentukan karena gurulah yang memilih dan memilah bahan pelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Dalam hal ini, guru dituntut mampu meramu berbagai komponen pembelajaran menjadi suatu rancangan yang dapat memaksimalkan aktivitas siswa baik fisik, sosial maupun mental. Piet A. Sahertian (1994) dalam bukunya Profil Pendidik Profesional menyebutkan guru dalam konteks profesional berarti berbicara tentang kualifikasi guru. Kualifikasi personal guru yang profesional adalah:

1. Guru yang baik (A good Teacher).

Baik dalam artian ini mempunyai konotasi sifat/atribut-atribut moral yang baik Dalam penampilan mengajar dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:


Keterangan:
1. Sabar 6. Taat (Konsisten)
2. Jujur 7. Tanggungjawab
3. Setia 8. Berinisiatif
4. Ramah tamah 9. Luwes
5. Tegas 10. Berwibawa


2. Guru yang berhasil (A Succesfull Teacher).

Seorang guru dikatakan berhasil apabila dalam pembelajaran ia dapat menunjukkan kompetensinya sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai.

3. Guru yang efektif (An Effective Teacher).

Guru disebut efektif apabila ia dapat mendayagunakan waktu dan tenaga yang sedikit tetapi dapat mencapai hasil yang maksimal. Guru pandai menggunakan strategi pembelajaran dan mampu menerapkan metode-metode mengajar secara berdaya guna dan berhasil guna.

Robert Richey (1962) mengemukakan ciri-ciri guru sebagai suatu profesi, yaitu:

-Adanya komitmen dari para guru bahwa jabatan itu mengharuskan pengikutnya menjunjung tinggi martabat kemanusiaan lebih dari mencari keuntungan diri sendiri.
-Suatu profesi mensyaratkan orangnya mengikuti persiapan profesional dalam jangka waktu tertentu.
-Harus selalu menambah pengetahuan agar terus-menerus bertumbuh dalam jabatannya.
-Memiliki kemampuan intelektual untuk menjawab masalah-masalah yang dihadapi.
-Selalu ingin belajar terus-menerus mengenai bidang keahlian yang ditekuni.
-Memiliki kode etik jabatan dan menjadi anggota dari suatu organisasi profesi dan jabatannya sebagai suatu karier hidup.

BAB II
PEMBAHASAN

Kompetensi minimal seorang guru secara kognitif dalam proses pembelajaran sesuai dengan pedoman sertifikasi guru dalam jabatan, Dirjen Dikti Depdiknas (2008), diperlukan:

1.1. Kompetensi dalam perencanaan pembelajaran, yaitu mampu membuat:

-Program Tahunan.
-Program Semester.
-Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
-Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
-Program Perbaikan dan Pengayaan.
-Bahan Ajar/Media pembelajaran.
-Analisis Kriteria Ketuntasan Minimal.
-Agenda/Jurnal mengajar guru dan dengan daftar hadir siswa, daftar nilai siswa.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman langsung selama mengajar, selama menjadi nara sumber di MGMP, selama supervisi sebagai instruktur, waka kurikulum dan Kepala Sekolah, secara umum belum semua guru realitanya membuat perencanaan pembelajaran yang lengkap. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), kegiatan supervisi guru, kegiatan On dan In Service Training Guru , ditemukan 90 % guru yang membuat perencanaan dan bahkan ada ditemukan guru yang tidak membuat perencanaan pembelajaran. Temuan ini akan berdampak pada maksimalisasi hasil pembelajaran.

Kompetensi melaksanakan pembelajaran, yaitu:

2.1. Mampu menyiapkan pra pembelajaran:

a. Menyiapkan ruang dan media pembelajaran.
b. Memeriksa kesiapan siswa.
c. Melakukan apersepsi.
d. Menyampaikan kompetensi dasar.

2.2. Mampu menguasai materi pembelajaran:

Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran.
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan.
Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hirarki belajar dan karakteristik siswa.
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan.

2.3. Mampu melaksanakan pendekatan/strategi pembelajaran:

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi.
b. Menyampaikan materi secara runtut.
c. Menguasai kelas.
d. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.
e. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif.
f. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.

2.4. Mampu memanfaatkan sumber belajar/media pembelajaran:

a. Menggunakan media secara efektif dan efisien.
b. Menghasilkan pesan yang menarik.
c. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media.

2.5. Mampu melaksanakan pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa:

a. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.
b. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa.
c. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar.

2.6. Mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar:

a. Memantau kemajuan belajar selama proses.
b. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan).

2.7. Mampu menggunakan bahasa:

a. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar.
b. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai.
3. Kompetensi menutup pembelajaran, dengan:
3.1. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.
3.2. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.

Karena dalam perencanaan belum sepenuhnya guru mempersiapkan diri, tentunya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran. Pengaruh terbesar adalah persyaratan profesinya, sehingga banyak ditemukan guru dengan penguasaan materi tidak maksimal. Berdasarkan uji kompetensi soal UNAS, yang kami laksanakan 80 % guru menguasai materi dan masih ada yang 70 %, dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Harapannya dalam kegiatan pembelajaran, semua komponen pembelajaran tercapai 90 % .
Dalam implementasinya dampak hasil pembelajaran sangat dipengaruhi aspek kompetensi guru, dengan pengaruh latar belakang guru dengan aspek kognitif, afektif dan sosial-ekonomi.
Kompetensi afektif dan sosial guru, yang berdampak pada pembelajaran dan perlu mendapat perhatian antara lain:
-Kemampuan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi dengan siswa.
-Kemampuan bersikap simpatik.
-Kemampuan untuk dapat bekerja sama dengan Komite Sekolah.
-Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
-Kepedulian terhadap tugasnya dan berbagai perkembangan pendidikan.
-Kemampuan berinovasi dalam pembelajaran.
-Motivasi untuk meningkatkan kemampuan guru.
-Komitmen guru dalam melaksanakan tugas (kehadiran) mengajar.
-Keterbatasan kemampuan menambah wawasan pengetahuan pembelajaran melalui studi lanjutan (S2, S3), pendidikan pelatihan.
-Keterbatasan sarana-prasarana yang dimiliki guru, dengan tuntutan perkembangan teknologi.
-Komitmen guru dalam melaksanakan tugas terutama kehadiran mengajar 90 %, masih membutuhkan perhatian. -Keterbatasan guru dalam segala hal seperti di atas berdampak pada kualitas guru dan sekolah.

BAB III
PENUTUP

Guru dengan kompetensinya masih memprihatinkan. Kompetensi kognitif masih beragam, 70 %, 80 % - 90 %, seharusnya guru sehat kognitif 90 %. Kompetensi afektif-lahir bathin dan sosial-ekonomi, komitmen melaksanakan tugas, kehadiran, keterbatasan sarana-prasarana yang dimiliki guru rata-rata 90 % , seharusnya guru sehat afektif, sosial-ekonomi 90 %.

Berbagai upaya telah kita lakukan dalam peningkatan mutu pendidikan. Sekolah dengan sarana-prasarana lengkap, pelatihan-pelatihan guru dengan berbagai model pengembangan desain pembelajaran dapat dilaksanakan, namun semuanya itu tidak akan tercapai secara maksimal untuk mencapai sekolah yang berkualitas apabila gurunya kurang sehat.

Realitanya: ”Guru Olah Raga tidak mampu tolak peluru karena kurang jamu, guru sejarah tidak mampu bercerita karena selalu teringat dengan nasibnya, guru matematika lepas perhitungan karena belum sarapan dan guru ekonomi kesulitan dengan ekonominya sendiri”.

Jelaslah bahwa yang menjadi akar permasalah kualitas pendidikan, utamanya dipengaruhi oleh faktor guru dengan latar belakang kompetensinya, sehat kognitif, sehat afektif-lahir bathin dan terlebih masalah sehat sosial-ekonomi, sangat tergantung anggaran pemerintah dalam bidang pendidikan.

Menjadi perhatian kita semua bahwa, anggaran pendidikan 20 % sudah saatnya lebih difokuskan pada guru.

DAFTAR PUSTAKA


Ahmad Rohani HM. 1990. Pengelolaan Pengajaran. Semarang: Penerbit Rineka Cipta.
Depdiknas, Jakarta, 2005. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005 – 2009.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas, Jakarta, 2008. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2008. Panduan Penyusunan Portofolio. Buku 3.
Dwi Nugroho Hidayanto. 2006. Model Pembelajaran untuk Madrasah. Jurnal Pendidikan Depag Kalimantan Timur. Vol: I.No.II.
Dunne, Richard, dkk.1996. Pembelajaran Efektif.Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Enggus Subarman. 1992. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rusdakarya.
Fadjar Shadiq. 2000. Pendekatan Pembelajaran Variasi CBSA. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Hasibuan, J.J.,dkk. 1995. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Penerbit PT. Rosdakarya.
Piet A.Sahertian. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Rooijakkers, Ad. 1993. Mengajar Dengan Sukses.Jakarta: Penerbit PT Grasindo.
Soekartawi. 1995. Meningkatkan Efektivitas Mengajar. Malang: Pustaka Jaya.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan Dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.